Selasa, 26 April 2016

Sinopsis Dukuh Legetang

Sinopsis
Dukuh Legetang adalah sebuah wilayah di lembah pegunungan Dieng, berjarak sekitar 2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara. Dahulunya masyarakat Dukuh Legetang adalah petani-petani yang sukses dan kaya. Berbagai kesuksesan duniawi yang berasal dari sektor pertanian menghiasi Dukuh Legetang. Tatkala di wilayah lain, para petaninya mengalami gagal panen, justru mereka diberikan hasil panen yang melimpah. Kualitas buah dan sayur yang dihasilkan juga lebih dari yang lain. Namun         barangkali ini merupakan bentuk “istidraaj”, dalam artian diberikan jangka waktu oleh Allah untuk bersenang-senang menikmati berbagai karunia Allah, lalu mereka makin tenggelam dalam kesyirikan dan dosa hingga datanglah azab yang dijanjikan dalam keadaan mereka tidak menyadarinya.
Masyarakat Dukuh Legetang kebanyakannya merupakan para pelaku maksiat dan tidak pandai bersyukur. Perjudian merajalela, anak yang berzina dengan ibunya dan beragam kemaksiatan lain yang sangat parah di dukuh tersebut. Begitu pula minum-minuman keras yang sangat cocok untuk wilayah dingin. Hampir tiap malam mereka mengadakan Pentas Lengger yaitu sebuah seni tari yang dibawakan oleh para penari wanita yang bersolek. adapun di belakang layar pentas seni tersebut, biasanya berujung kepada perzinaan.wal'iyadzubillah
Pada suatu malam hujan turun dengan sangat lebat, namun masyarakat Legetang tetap tenggelam dalam kemaksiatan. Tatkala malam itu, hujan sedikit reda. Tiba-tiba terdengar suara “buum”, seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. Pada pagi harinya masyarakat di sekitar Dukuh Legetang penasaran dengan suara yang amat keras tersebut. Mereka  menyaksikan dengan mata kepala mereka bahwa Gunung Pengamun-amun telah terbelah (bahasa jawanya: tompal) dan belahannya itu menimpa Dukuh Legetang.
Dukuh Legetang yang dahulunya berupa lembah, sekarang bukan hanya rata dengan tanah, namun telah berubah menjadi sebuah gundukan tanah baru yang menyerupai bukit. Seluruh penduduknya tewas. Gegerlah kawasan Dieng… Seandainya gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu seharusnya menimpa wilayah di bawahnya. Namun kejadian ini bukanlah sekedar longsornya gunung.

           Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Kesimpulannya, potongan gunung itu terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang. Siapakah yang mampu mengangkat separuh gunung tersebut jikalau bukan Allah tabaroka wata’ala?


Kini diatas bukit bekas Dukuh Legetang dibuat tugu peringatan. Pada tugu tersebut tertulis dengan plat logam:

“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG. 16/17-4-1955″

Tidak ada komentar:

Posting Komentar