Selasa, 26 April 2016

Puisi

“CINTA”
Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama angin perlahan

Angin…., Aku hargai kau menghiburku
Memang tidak ingin aku berlama-lama
Larut dengan gelapnya malam
Terombang-ambing oleh kelamnya awan
Angin…., Tolong katakan pada bintangku
Aku rindu dan berharap dia hadir disini
Dengan segala ketulusan cintanya
Ingin aku mengajaknya bernyanyi
Menari, berdansa berdua 
Angin…, katakanlah padanya
Aku perlu sayangnya,sejuta kasihnya
Ingin aku menikmati indahnya malam ini
Dengan kehangatan peluk mesranya
Angin…, untuk yang terakhir
Katakanlah padanya
Aku benci dengan kesendirian ini
Ketika aku datang
Di dunia pewayangan cinta
Cuma satu yang aku bawa
Perasaan kasih di dalam dada
Yang bisa merubah satu wacana
Menjadi cerita panjang
Yang berbelit susah mengambarkannya

Tak ada alasan lain tentang cinta
Karena hanya satu yaitu kasih
Kecuali hanya mengada-ada
Kalau ada aku tak percaya
Alasan itu dipaksakan
Dan akan aku katakan
Sungguh malang nasib mereka
Karena tak beda dengan si penjaja

Cintaku adalah rinduku
Yang dulu datang dari dalam kalbu
Bisa membawa tentram
Dalam merih kedamaian hidup
Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan kasih
Memedarkan arti kekelabuan hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta dan kerinduan
Dalam dada menyesak arti ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita teraih
Namun, tak dapat menembus batas ruang
Yang semakin menjauh

Dikala sekelebat kilat menyala
Cahayanya menyilaukan mata
Bukan terang yang ku dapatkan
Namun kegelapan setelahnya

Hamparan bunga cinta menjadi merana
Kedinginan, ingin ada yang memetiknya
Dipandang ditaruh dalam vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi berarti
Menikmati semua tujuan yang dicapai





ANALISIS BAHAN KAJIAN
Puisi atau sajak adalah sebuah struktur yang kompleks, sehingga untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Dalam hal ini, analisis yang bersifat dikotomis, yaitu pembagian bentuk dan isi,
Sebagai suatu totalitas yang dibentuk oleh elemen atau unsur intrinsik tertentu, puisi menurut Wellek dapat dibagi menjadi beberapa lapis, yang meliputi:
  1. lapis bunyi atau sound stratum
  2. lapis arti atau units of meaning
  3. lapis dunia atau realitas yang digambarkan penyair
  4. lapis dunia atau realitas yang dilihat dari titik pandang tertentu
  5. lapis dunia yang bersifat metafisis
6.      2. 1.  Analisis Lapis Bunyi atau Sound Stratum
Lapis bunyi atau sound stratum merupakan rangkaian bunyi yang dibatasi jeda endek, agak panjang, dan panjang. Tetapi suara tersebut bukan hanya sebatas bunyi tanpa arti. Melainkan suara yang sesuai dengan konvensi bahasa, disusun dengan seksama hingga menimbulkan arti. Dengan adanya satuan-satuan suara tersebut, orang dapat menangkap artinya.
Dalam puisi ”Cinta” kita dapat mendengarkan lapis bunyi, karena didalamnya terdapat serangkaian bunyi kata yang tersusun indah begitu rupa, hingga bisa kita dapati efek puitisnya.
Pada bait pertama bari kesatu dan kedua, kita dapati pertanyaan retoris dengan ritme suara liris. Kata sepi dan termenung senada dengan kata luka.:
       Di kesepian malam aku sendiri
  Termenung dibawah cahaya rembulan

Pada bait kedua baris kedua kita jumpai adanya asonansi a dan a, yaitu pada kata:
Aku perlu sayangnya,sejuta kasihnya
Pada bait ke 5 baris ke dua kita jumpai aliterasi u dan u, yaitu kata :
       Yang dulu ,datang dari dalam kalbu
pada tiap potong mozaik zaman

Pada bait kelima baris satu, asonansi dan u, yaitu pada
Cintaku adalah rinduku


Pada bait keempat, baris kesatu, tiga, empat dan lima, terdapat aliterasi a dengan a, yaitu pada kata,menyala,mata,dapatkan,selamanya
Dikala sekelebat kilat menyala (1)
Cahayanya menyilaukan mata (2)
Bukan terang yang ku dapatkan (3)
Namun kegelapan setelahnya (4)

Analisis Lapis Arti atau Units of Meaning
Puisi yang berjudul “Cinta” menggambarkan tentang pemaknaan hidup yang disandarkan pada sebuah perjalanan cinta.
Gambaran tentang seseorang yang dipenuhi kebimbangan, keraguan, dalam proses pencarian sesuatu cintai, terdapat dalam bait pertama hingga akhir.
mengapa ada sepi, pada mata yang luka? (bait satu)

Kata sepi dan sunyi menggambarkan adanya kekosongan, kehampaan, dan juga keterasingan pada sebuah subjek personal. Sedang kata mata dan hati menggambarkan sesuatu yang bersifat konkret, bersifat wadag, jasmaniah. Yang secara alamiah dan fitrah kemanusiaan sangat diperlukan oleh seseorang dalam menunjang kehidupannya. Sedangkan kata luka dan duka, yang berintonasi retoris (pertanyaan) bisa dimaknai sesuatu yang harus disembuhkan, dicarikan penawar atau obatnya. Selain itu juga bisa dimaknai, bahwasanya luka dan duka merupakan suatu sebab yang melahirkan adanya akibat.
Penyair juga menggambarkan, bahwasa dalam proses pencarian tersebut pasti ada keterlibatan mencari cinta . Sebagaimana tertuang pada baris satu:
Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama angin perlahan




Dan sebenarnya, setiap individu juga pada hakikatnya tidaklah yakini kegalauan cinta Debenaran dan keabsahannya tersebut. Hal tersebut digambarkan pada bait :
Aku rindu dan berharap dia hadir disini (bait kedua)
Aku benci dengan kesendirian ini (bait kedua)
Dalam dada menyesak arti ketidakpastian (bait keenam) 
Analisis Lapis Ketiga atau Lapis Dunia Realitas
Lapis satuan arti menimbulkan lapis ketiga, berupa objek-objek yang dikemukakan  latar, pelaku, dan dunia pengarang. Dalam lapis ketiga ini, pada puisi ”Surat” ada beberapa hal yang dianalisis, antara lain:
  1. Objek
    - Dada
    -Mata
Sajak ”Surat” didalamnya terdapat dua objek yaitu:
  1. Objek konkret (nyata) yang berupa:
  1. Objek abstrak (non immaterial) yang berupa:
  • Cahaya/ cahya
  • Zaman
  • Teka-teki
  1. Pelaku
  • Pelaku pertama pada sajak ”Cinta” adalah ”aku”, dan ”aku” yang dimaksud adalah aku universal, bukan individu peron pengarang. Tetap aku yang meliputi pada seluruh pembacanya.
  • Pelaku kedua adalah ”Dia” dan ”Dia” disini diintreprestasikan pada ”Dia” yang berarti kekasihnya.
  • Latar waktu pada sajak  ”Cinta” adalah: malam yang sepi
  • Latar tempat pada sajak  ”Cinta” adalah: negeri antah brantah/ tempat yang imajiner, hanya ada dalam rekaan pikiran.
  • Latar situasi pada sajak  ”Cinta” adalah: keadaan yang mengenaskan, menyedihkan.


  1. Alur Puisi:
Si aku punya permasalahan yang menjadikan dirinya diliputi kebimbangan, keraguan dan ketidak mengertian. Namun, dalam keadaan demikian dirinya tetap mempercayai bahwa semuanya ada jalan keluar atau solusinya. Dan, salah satu yang dia yakini bisa dijadikan solusi dari kemelut hidupnya adalah Cinta Sejati akan dating jika waktunya sudah tepat..

     Bunyi
Dalam analisis tentang buni, kita harus mengetahui dan memahami konsep tentang:
  • Rima, yang didalamnya terdapat aspek, (a) asonansi, (b) alitrasi dan jenis-jenis rima.
  • Irama, yaitu paduan alunan lunak-kers, keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, yang menimbulkan kemerduan.
  • Ragam Bunyi, seperti:metrum, ritme, euphony, cachopny, dan onomatape.

   Kata
Yang meliputi pembicaraan tentang: kosakata, unsur ketatabahasaan, masalah denotatif dan konotatif, citraan, gaya kalimat, gaya sajak, dsb. Dalam Sajak ”Cinta” beberapa hal yang masuk kedalamnya yaitu:

  1. majas personifikasi
  2. majas alegori
  3. gaya kalimat informatif dan deskriptif
  4. bersifat konotatif
  5. gaya bahasa retoris
  6. tatabahasa deduktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar