“CINTA”
Di kesepian malam aku sendiri
Termenung dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk daun meliuk indah
Mengikuti irama angin perlahan
Angin…., Aku hargai kau
menghiburku
Memang tidak ingin aku
berlama-lama
Larut dengan gelapnya malam
Terombang-ambing oleh kelamnya
awan
Angin…., Tolong katakan pada
bintangku
Aku rindu dan berharap dia hadir
disini
Dengan segala ketulusan cintanya
Ingin aku mengajaknya bernyanyi
Menari, berdansa berdua
Angin…, katakanlah padanya
Aku perlu sayangnya,sejuta
kasihnya
Ingin aku menikmati indahnya
malam ini
Dengan kehangatan peluk mesranya
Angin…, untuk yang terakhir
Katakanlah padanya
Aku benci dengan kesendirian ini
Ketika aku datang
Di dunia pewayangan cinta
Cuma satu yang aku bawa
Perasaan kasih di dalam dada
Yang bisa merubah satu wacana
Menjadi cerita panjang
Yang berbelit susah
mengambarkannya
Tak ada alasan lain tentang cinta
Karena hanya satu yaitu kasih
Kecuali hanya mengada-ada
Kalau ada aku tak percaya
Alasan itu dipaksakan
Dan akan aku katakan
Sungguh malang nasib mereka
Karena tak beda dengan si penjaja
Cintaku adalah rinduku
Yang dulu datang dari dalam kalbu
Bisa membawa tentram
Dalam merih kedamaian hidup
Dalam remang cahaya lilin
Sekilas nampak kilauan kasih
Memedarkan arti kekelabuan hati
Sesaat seolah redup
Membisakan harapan cinta dan
kerinduan
Dalam dada menyesak arti
ketidakpastian
Sesekali ingin semua cita teraih
Namun, tak dapat menembus batas
ruang
Yang semakin menjauh
Dikala sekelebat kilat menyala
Cahayanya menyilaukan mata
Bukan terang yang ku dapatkan
Namun kegelapan setelahnya
Hamparan bunga cinta menjadi
merana
Kedinginan, ingin ada yang
memetiknya
Dipandang ditaruh dalam vas bunga
Walau nantinya layu
Namun hidupnya menjadi berarti
Menikmati semua tujuan yang
dicapai
ANALISIS BAHAN KAJIAN
Puisi atau sajak adalah sebuah
struktur yang kompleks, sehingga untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga
dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Dalam hal ini,
analisis yang bersifat dikotomis, yaitu pembagian bentuk dan isi,
Sebagai suatu totalitas yang dibentuk oleh elemen atau unsur
intrinsik tertentu, puisi menurut Wellek dapat dibagi menjadi beberapa lapis,
yang meliputi:
- lapis bunyi
atau sound stratum
- lapis arti
atau units of meaning
- lapis dunia
atau realitas yang digambarkan penyair
- lapis dunia
atau realitas yang dilihat dari titik pandang tertentu
- lapis dunia
yang bersifat metafisis
6.
2. 1. Analisis Lapis Bunyi atau Sound Stratum
Lapis bunyi atau sound
stratum merupakan rangkaian bunyi yang dibatasi jeda endek, agak
panjang, dan panjang. Tetapi suara tersebut bukan hanya sebatas bunyi tanpa
arti. Melainkan suara yang sesuai dengan konvensi bahasa, disusun dengan
seksama hingga menimbulkan arti. Dengan adanya satuan-satuan suara tersebut,
orang dapat menangkap artinya.
Dalam puisi ”Cinta” kita dapat mendengarkan lapis bunyi, karena
didalamnya terdapat serangkaian bunyi kata yang tersusun indah begitu rupa,
hingga bisa kita dapati efek puitisnya.
Pada bait pertama bari kesatu dan kedua, kita dapati pertanyaan
retoris dengan ritme suara liris. Kata sepi dan termenung senada dengan kata luka.:
Di
kesepian malam aku sendiri
Termenung
dibawah cahaya rembulan
Pada bait kedua baris kedua kita jumpai adanya asonansi a dan a,
yaitu pada kata:
Aku
perlu sayangnya,sejuta kasihnya
Pada bait ke 5 baris ke dua kita jumpai aliterasi u dan u,
yaitu kata :
Yang dulu ,datang dari dalam kalbu
pada tiap potong mozaik zaman
Pada bait kelima baris satu,
asonansi u dan u, yaitu pada
Cintaku adalah rinduku
Pada bait keempat, baris kesatu,
tiga, empat dan lima, terdapat aliterasi a dengan a, yaitu
pada kata,menyala,mata,dapatkan,selamanya
Dikala sekelebat kilat menyala (1)
Cahayanya menyilaukan mata (2)
Bukan terang yang ku dapatkan (3)
Namun
kegelapan setelahnya (4)
Analisis Lapis Arti atau Units
of Meaning
Puisi yang berjudul “Cinta”
menggambarkan tentang pemaknaan hidup yang disandarkan pada sebuah perjalanan
cinta.
Gambaran tentang seseorang yang dipenuhi kebimbangan, keraguan,
dalam proses pencarian sesuatu cintai, terdapat dalam bait pertama hingga
akhir.
mengapa ada sepi, pada mata yang
luka? (bait
satu)
Kata sepi dan sunyi menggambarkan
adanya kekosongan, kehampaan, dan juga keterasingan pada sebuah subjek
personal. Sedang kata mata dan hati menggambarkan
sesuatu yang bersifat konkret, bersifat wadag, jasmaniah. Yang secara alamiah
dan fitrah kemanusiaan sangat diperlukan oleh seseorang dalam menunjang
kehidupannya. Sedangkan kata luka dan duka, yang berintonasi retoris
(pertanyaan) bisa dimaknai sesuatu yang harus disembuhkan, dicarikan penawar
atau obatnya. Selain itu juga bisa dimaknai, bahwasanya luka dan duka merupakan
suatu sebab yang melahirkan adanya akibat.
Penyair juga menggambarkan, bahwasa dalam proses pencarian
tersebut pasti ada keterlibatan mencari cinta . Sebagaimana tertuang pada baris
satu:
Di
kesepian malam aku sendiri
Termenung
dibawah cahaya rembulan
Pucuk-pucuk
daun meliuk indah
Mengikuti
irama angin perlahan
Dan sebenarnya, setiap individu juga pada hakikatnya tidaklah
yakini kegalauan cinta Debenaran dan keabsahannya tersebut. Hal tersebut
digambarkan pada bait :
Aku
rindu dan berharap dia hadir disini (bait kedua)
Aku
benci dengan kesendirian ini (bait kedua)
Dalam dada menyesak arti
ketidakpastian (bait keenam)
Analisis Lapis Ketiga atau Lapis
Dunia Realitas
Lapis satuan arti menimbulkan lapis ketiga, berupa objek-objek
yang dikemukakan latar, pelaku, dan dunia pengarang. Dalam lapis ketiga
ini, pada puisi ”Surat” ada beberapa hal yang dianalisis, antara lain:
- Objek
- Dada
-Mata
Sajak ”Surat” didalamnya terdapat dua objek yaitu:
- Objek
konkret (nyata) yang berupa:
- Objek
abstrak (non immaterial) yang berupa:
- Cahaya/
cahya
- Zaman
- Teka-teki
- Pelaku
- Pelaku
pertama pada sajak ”Cinta” adalah ”aku”, dan ”aku” yang dimaksud adalah
aku universal, bukan individu peron pengarang. Tetap aku yang meliputi
pada seluruh pembacanya.
- Pelaku kedua
adalah ”Dia” dan ”Dia” disini diintreprestasikan pada ”Dia” yang berarti kekasihnya.
- Latar waktu
pada sajak ”Cinta” adalah: malam yang sepi
- Latar tempat
pada sajak ”Cinta” adalah: negeri antah brantah/ tempat
yang imajiner, hanya ada dalam rekaan pikiran.
- Latar
situasi pada sajak ”Cinta” adalah: keadaan yang mengenaskan,
menyedihkan.
- Alur Puisi:
Si aku punya permasalahan yang menjadikan dirinya diliputi
kebimbangan, keraguan dan ketidak mengertian. Namun, dalam keadaan demikian
dirinya tetap mempercayai bahwa semuanya ada jalan keluar atau solusinya. Dan,
salah satu yang dia yakini bisa dijadikan solusi dari kemelut hidupnya adalah Cinta
Sejati akan dating jika waktunya sudah tepat..
Bunyi
Dalam analisis tentang buni, kita harus mengetahui dan memahami
konsep tentang:
- Rima, yang
didalamnya terdapat aspek, (a) asonansi, (b) alitrasi dan jenis-jenis
rima.
- Irama, yaitu
paduan alunan lunak-kers, keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, yang
menimbulkan kemerduan.
- Ragam Bunyi,
seperti:metrum, ritme, euphony, cachopny, dan onomatape.
Kata
Yang meliputi pembicaraan tentang: kosakata, unsur
ketatabahasaan, masalah denotatif dan konotatif, citraan, gaya kalimat, gaya
sajak, dsb. Dalam Sajak ”Cinta” beberapa hal yang masuk kedalamnya yaitu:
- majas
personifikasi
- majas
alegori
- gaya kalimat
informatif dan deskriptif
- bersifat
konotatif
- gaya bahasa
retoris
- tatabahasa
deduktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar