Mahasiswa merupakan kekuatan
intelektualitas masyarakat untuk menuju suatu perubahan. Coba lihatlah apa yang
terjadi di Tunisia, Mesir, Lybia dan Siria pada tahun 2010 hingga 2011.
Mahasiswa mengambil peranan penting dalam menggulingkan sebuah kekuasaan dan
menggantinya dengan sebuah tonggak baru, yang mengedepankan demokrasi.
Mahasiswa berada didepan perubahan sebuah sejarah demokrasi dunia. Mahasiswa
merupakan sebuah entitas spirit yang menggunakan intelektualitas dan
dialektika yang maha dasyat kekuatannya. Mahasiswa memiliki kekuatan energi
penuh dengan sifat kreatif, kritis dan dinamis serta kepekaan yang tinggi pada
masalah sosial. Mahasiswa yang merupakan satu satuan karakter, mampu menjadi
satu gerakan besar yang bukan saja memperjuangkan suatu tujuan, namun berupaya
membuat sejarah baru dalam sebuah pembangunan masa depan suatu bangsa.
Gerakan mahasiswa masih
dipercaya oleh masyarakat mampu membawa perubahan. Hal ini dikarenakan
pergerakan mahasiswa masih disi oleh nilai-nilai kaum muda yang identik dengan
gerakan moral yang bertumpu pada empati dan simpati terhadap lingkungannya,
masyarakatnya dan bangsanya, sehingga menumbuhkan semangat keberpihakan pada
rakyat, serta menjadi jembatan bagi dunia akademik dan masyarakat. Gerakan
mahasiswa merupakan gerakan murni kepedulian yang penuh dengan analisis
intelektual untuk perubahan.
Gambaran gerakan mahasiswa ini
bukan saja terjadi di dunia internasional, seperti yang digambarkan diatas,
namun juga sudah ada dan tetap menjadi kekuatan perubahan dari dulu. Dari
persiapan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan hingga pada masa reformasi.
Mahasiswa masih tetap berada didepan setiap perubahan yang terjadi di bangsa
Indonesia. Apakah perubahan yang ditimbulkan oleh gerakan mahasiswa ? dan
bagaimana dampaknya ? hal tersebut akan dibahas dalam tulisan ini. Namun ada
sebuah pertanyaan refleksi untuk melihat kembali strategi gerakan mahasiswa
selama ini. Sudah siapkah masyarakat dengan perubahan yang telah dibuat
oleh mahasiswa ? pertanyaan ini untuk menguji kembali strategi gerakan
mahasiswa. Sehingga gerakan mahasiswa tetap mengarah pada cita-cita bangsa
Indonesia, dan secara bertanggung jawab memikul beban terhadap perubahan yang
dipelopori olehnya.
SEJARAH GERAKAN MAHASISWA DALAM PERUBAHAN DI INDONESIA
Pra Kemerdekaan Hingga Kemerdekaan
Mahasiswa Indonesia telah berperan
dalam menciptakan perubahan sebelum kemerdekaan NKRI. Sejak tahun 1908 dengan
berdirinya Boedi Oetomo, mahasiswa Indonesia mulai mengadakan persatuan untuk
mendiskusikan dan memperjuangkan nasionalisme bangsa Indonesia. Tidak hanya di
Jakarta, gerakan mahasiswa mengalami persatuan, namun di Belanda juga.
Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar disana mendirikan
organisasi-organisasi pemuda Indonesia, seperti Indoneische Vereeninging,
Indische Partij, Indische Sociaal democratische (ISDV) dan lainnya. Dan dari
kebangkitan pemuda yang dimotori mahasiswa tersebutlah, maka pada tanggal 28
Oktober 1928 pada kongres pemuda II, maka dicetuskanlah “Sumpah Pemuda”. Ikrar
yang menjadikan seluruh pemuda di Indonesia mengakui bahwa hanya ada satu
bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yakni Indonesia.
Pada tahun-tahun sebelum kemerdekaan
tersebutlah, mahasiswa-mahasiswa Indonesia telah mengadakan sebuah gerakan
persatuan, untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Nasib bangsa yang belum lahir,
namun akan segera lahir. Gerakan mahasiswa ini berperan untuk mendiskusikan dan
memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia yang saat itu sedang dijajah oleh
Belanda. Gerakan mahasiswa inilah yang kemudian berpikir akan persatuan seluruh
bangsa Indonesia untuk mendapatkan haknya untuk merdeka dan menjadi masyarakat
yang adil, sejahtera dan beradab. Mahasiswa di Belanda maupun di Jakarta, terus
mendiskusikan dan bermimpi tentang kemerdekaan rakyatnya.
Setelah peristiwa
Sumpah Pemuda 1928 dan pergerakan bawah tanah yang dilakukan oleh
mahasiswa-mahasiswa Indonesia, dan dibantu juga oleh beberapa orang Belanda
yang prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia. Maka pada tahun 1945, pada saat
Jepang berkuasa, maka Pemuda Indonesia yakni terdiri dari angkatan muda dan
angkatan tua berupaya untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada bulan
agustus, angkatan muda yang dipelopori oleh Chaerul Saleh dan Soekarni menculik
dan mendesak soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Dan
pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh
Soekarno, dan berita tersebut diteruskan keseluruh Indonesia.
Gerakan pemuda Indonesia,
yang didalamnya merupakan gerakan mahasiswa, lewat diskusi-diskusi bawah tanah
di Asrama Menteng, Asrama Cikini dan Asrama Kebon Sirih, berhasil membawa
perubahan pada bangsa Indonesia, sehingga menemukan kemerdekaannya sendiri.
Peran gerakan pemuda tidak habis oleh waktu. Sejak tahun 1908, 1928 hingga
1945, pemuda tetap berkobar dengan pemikirannya yang berani dan kritis untuk
memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Memang waktu yang panjang untuk
menemukan sebuah kemerdekaan, namun dengan strategi gerakan yang tepat bangsa
ini telah menemukan nasibnya sendiri. Ditangan gerakan pemudalah nasib bangsa
ini berubah, dan ditangan pemuda jugalah perubahan terjadi.
Masa Pasca Kemerdekaan dan Orde Lama
Kemerdekaan telah
diraih, perubahan telah terjadi. Dimanakah pemuda-pemuda Indonesia setelah
kemerdekaan ? mereka tetap ada dalam titik kritis dengan pemerintahan yang baru
saja terbentuk. Masukan-masukan kritis diberikan para pemuda kepada Soekarna
dan Hatta untuk melanjutkan nasib bangsa Ini. Pemuda-pemuda generasi tua
seperti Soekarno, Hatta, Amir Syarifudin dan lainnya masuk dalam tubuh
pemerintahan baru untuk meneruskan perjuangan pemuda Indonesia, demi
terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan beradab.
Pada tahun-tahun selanjutnya mulai muncul
pergerakan-pergerakan mahasiswa yang berlandaskan nasionalisme Indonesia, untuk
tetap berjuang menuju kemerdekaan yang dicita-citakan. Seperti PMII, GMNI, HMI
dan lainnya. Pada tahun 1950 hingga 1959, saat Indonesia menerapkan demokrasi
liberal, yang memunculkan banyak partai politik. Maka beberapa gerakan
mahasiswa dan pemuda dibawah kearah perjuangan politik partai, seperti GMNi
dekat dengan PNI, PMII dengan partai NU, HMI dengan Marsyumi dan gerakan
lainnya yang mulai berdekatan dengan partai. Dengan demikian peran mahasiswa masuk
kedalam ranah politik.
Pada tahun 1966, ketika PKI dinyatakan
sebagai partai terlarang, maka Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
terbentuk (25 Oktober 1966), dengan tujuan agar aktivis mahasiswa dapat lebih
terkoordinasi dalam melawan PKI dan memiliki kepemimpinan. Adapun organisasi
yang terbentuk dalam KAMI, yakni HMI, PII, GMKI, Sekretariat Bersama
Organisasi-Organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila, Ikatan Pers mahasiswa
Indonesia (IPMI). Munculnya KAMI diikuti dengan munculnya kesatuan aksi
lainnya. Pada tanggal KAMI dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia
(KAPPI) memelopori kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila
mendatangi gedung MPR/DPR RI untuk menuntut TRITURA, yakni bubarkan PKI beserta
ormas-ormasnya, perombakan cabinet DWIKORA, dan turunkan harga serta perbaikan
sandang pangan. Peran gerakan mahasiswa telah diperlebar dari memperjuangkan
kemerdekaan, menjadi mempertahankan ideologi bangsa Indonesia, yakni Pancasila.
Mahasiswa tetap mengawal kemerdekaan yang telah mereka capai.
Pada tahun 1966 juga, saat presiden
Soekarno menetapkan sistem presidensil. Gerakan mahasiswa di Indonesia mulai
terlibat untuk memperjuangkan sebuah orde yang baru. Mahasiswa-mahasiswa saat
itu, seperti akbar tanjung. Cosmas batubara, Sofyan wanandi dan lainnya
(angkatan 66) memperjuangkan sebuah sistem demokrasi yang baru, yang mengganti
sistem presidensil. Selain itu mereka juga berhasil membangun kepercayaan
masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI.
Setelah perjuangan mahasiswa dan TNI berhasil berhasil menumpas PKI, maka
Indonesia memasuki sebuah orde yang baru, yang mana mahasiswa semakin
bersahabat dengan TNI. Sebuah orde baru yang dipimpin oleh presiden
Soeharto.
Apakah setelah itu pergerakan
mahasiswa selesai ? belum. Ada beberapa mahasiswa seperti Akbar Tanjung, Cosmas
Batubara dan lainnya diberikan hadiah oleh presiden Soeharto untuk masuk dalam
cabinet menteri ORBA. Sedangkan mahasiswa lainnya kembali masuk kekampus dan
menempatkan jarak kritis dengan pemerintah. Pada tahun 1971, ketika
pemerintahan ORBA berupaya mempertahankan posisi pemerintahannya dengan membuat
2undang-undang yang secara politis menguntungkan status quo mereka (baik UU
tentang Pemilu, Partai politik maupun MPR, DPR, DPRD). Maka mulai muncul suatu
gerakan dalam bentuk pernyataan sikap ketidak percayaan dari masyarakat, yang
dimotori oleh mahasiswa. Mahasiswa yang waktu itu dimotori oleh Adnan Buyung
Nasution, Arif Budiman dan Asmara nababan menawarkan golongan Putih (Golput),
sebagai bentuk ketidak percayaan terhadap pemerintah yang membatasi partai dan
mempolitisir kemenangan pemilu (pada Golkar). Selanjutnya pada tahun 1972
hingga tahun 1974, ketika terjadi banyak korupsi ditubuh pemerintahan dan
masyarakat mengalami kemiskinan, akibat naiknya harga beras, maka mahasiswa
bergerak kejalan-jalan untuk melakukan demonstrasi penurunan harga dan
pembubaran Asisten Pribadi. Pada tahun 1974 dan 1975 terjadi meristiwa Malari
yang juga dimotori oleh mahasiswa lewat demonstrasi besar. Namun demonstrasi
besar tersebut berubah menjadi suatu kerusuhan social besar, hingga penjarahan
yang makan banyak korban. Hal ini dikarenakan demonstrasi telah disusupi oleh
orang-orang (Soeharto) yang ingin memanfaatkan gerakan mahasiswa tersebut.
Menjelang Pemilu tahun 1977, pergerakan
mahasiswa mengangkat isu berbagai penyimpangan politik. Gerakan ini juga
mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional yang tidak berpihak
pada rakyat dan tidak demokratis. Pada saat ini pemerintah juga membentuk tim
kampanye untuk masuk kekampus-kampus, namun tim ini ditolak oleh mahasiswa.
Setelah itu pergerakan mahasiswa berkonsentrasi didalam kampus (karena
menghindari kejadian seperti peristiwa Malari). Hingga tahun 1978, mahasiswa
tetap bergerak dari dalam kampus, sehingga memaksa militer masuk kedalam
kampus, dan dihapusnya Dewan mahasiswa (diganti dengan Normalisasai Kehidupan
Kampus (NKK) / Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) secara paksa oleh
pemerintah) diseluruh Indonesia.
Setelah tahun 1978
(sejak dibentuknya NKK dan BKK) maka tidak ada gerakan besar yang dilakukan
oleh mahasiswa intra. Dalam perkembangannya gerakan mahasiswa digeser oleh
kehadiran Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang menjadi alternative
gerakan mahasiswa, untuk membantu masyarakat mencapai tujuannya. Selain itu
beberapa mahasiswa intra mulai meleburkan diri dan aktif dalam organsiasi
kemahasiswaan ekstra kampus, seperti HMI, PMII, GMKI dan PMKRI (yang
selanjutnya dikenal dengan kelompok Cipayung). Kelompok Cipayung ini terus
melakukan pergerakan lewat diskusi-diskusi dan pers mahasiswa.
Pada tahun 1990 NKK dan BKK
dicabut, dan Senat Mahasiswa Perguruan tinggi (SM-PT) diakui kembali oleh
Menteri Pendidikan & Kebudayaan (waktu itu Fuad Hasan). Namun hal ini juga
mendapat reaksi keras dari mahasiswa, karena dianggap ada agenda
tersembunyi dari pemerintah, yakni ingin kembali mengajak mahasiswa kedalam
kampus, dan memotong aliansi mereka yang ada diluar. Mahasiswa menuntut
organisasi kampus yang mandiri dan bebas dari politisasi antara birokrasi
dengan pihak kampus. Gerakan mahasiswa pada tahun 1990-an menuntut kebebasan
mimbar akademik. Setelah bersatunya seluruh element mahasiswa, setelah
sebelumnya dibungkam oleh pemerintah lewat NKK/ BKK. Mahasiswa kembali
menyuarakan suaranya.
Pada tahun 1998, gerakan mahasiswa
menuntut reformasi dan meninggalkan ORBA, yang telah melakukan banyak KKN
(korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Lewat pendudukan gedung DPR/MPR, akhirnya
mahasiswa berhasil memaksa presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Dan saat
itu bangsa Indonesia memasuki sebuah era baru, era reformasi.
Era Reformasi
Setelah ORBA diruntuhkan oleh
mahasiswa, maka reformasi tercipta. Keterbukaan dan kebebasan yang selama ini
ditindas menjadi terbuka. Setelah demonstrasi besar untuk masuk ke era
reformasi, gerakan mahasiswa kembali kekampus. Lalu siapakah orang kepecayaan
mahasiswa untuk melanjutnya pemerintahan? yang melanjutkan pemerintahan adalah
wakil presiden, yakni habibie. Namun pada saat itu pemerintahan juga didukung
tokoh-tokoh reformasi yang dimandatkan mahasiswa, seperti Megawati
Soekarnoputri, Gus Dur, Amin Rais dan Sultan Hamengku Buwono X. Gerakan
menciptakan awal perubahan reformasi berhasil, namun masih ada pekerjaan rumah
hingga saat ini untuk mewujudkan cita-cita reformasi.
Pasca reformasi, tokoh-tokoh
reformasi bersaing lewat dunia politik untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Dan
beberapa tokoh reformasi, seperti Megawati Soekarnoputri dan Gus Dur berhasil
menjadi Presiden Republaik Indonesia (Gus Dur Presiden RI ke-4 & Megawati
Soekarnoputri Presiden Ri ke-5), sedangkan Amin Rais menjadi ketua MPR RI pada
tahun 1999. Gerakan mahasiswa dan tokoh-tokoh mahasiswa berupaya untuk terus
mewujudkan reformasi di Indonesia. Beberapa keberhasilan proses reformasi yakni
Pemilu 1999 yang diikuti oleh banyak partai, kebebasan pers dan media,
kebebasan umat beragama (Konghuchu masuk menjadi salah satu agama di
Indonesia), pemisahan POLRI dan TNI, TNI kembali ke barak, reformasi
POLRI (polisi sipil), upaya penumpasan KKN dan banyak UU direvisi menjadi
pro-rakyat. Proses menuju cita-cita reformasi terus berlanjut hingga
kepemimpinan presiden saat ini, dan belum tuntas.
Era reformasi mahasiswa
mengambil peran sangat besar, sejak awal terjadinya perubahan, hingga
pengawalan terhadap perubahan dalam masyarakat akibat reformasi. Gerakan
mahasiswa masih tetap berpikir kritis dan memberikan pernyataan sikap terhadap
kinerja pemerintah, serta kebijakan-kebijakan. Saat ini peran mahasiswa untuk
terus mengawal reformasi masih berjalan.
MAHASISWA SEBAGAI TOKOH INTELEKTUAL MASYARAKAT
Telah diungkapkan
diatas, bahwa mahasiswa merupakan pelopor perubahan. Dari gerakan mahasiswalah
perubahan tercipta. Mahasiswa merupakan tokoh intelektual dalam masyarakat dan
pro pada rakyat. Seluruh bentuk gerakan dan aksi mahasiswa untuk menuju pada
cita-cita bangsa, demi kesejateraan rakyat. Sebagai tokoh intelektual,
mahasiswa dalam pergerakannya tidak lah melepaskan karakter kritis dan ilmiah.
Seluruh gerakan mahasiswa diawali dengan diskusi-diskusi mendalam tentang suatu
kondisi dan situasi yang terjadi dalam masyarakat. Forum-forum diskusi inilah
yang merupakan pusat studi dan riset mahasiswa, sebelum direncanakan strategi
aksi dan pergerakan. Dengan demikian, ketika gerakan dan aksi dilakukan, maka
akan mendapat dukungan dari masyarakat secara penuh.
Namun sebagai tokoh
intelektual, gerakan mahasiswa bukan hanya lewat aksi demonstrasi dan
pernyataan sikap saja. Mahasiswa dalam ranah ilmiahnya tetap melaksanakan riset
dan studi untuk membantu menyelesaikan persoalan masyarakat dalam bidang
ekonomi, iptek, social, hokum, pertanian, dan lainnya. Mahasiswa terus secara
bertanggung jawab belajar untuk mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin,
sekaligus menjadikan kampus sebagai wadah untuk meneliti, dan melakukan
dialektika intelektual untuk memecahkan permasalahan dalam masyarakat.
Gerakan mahasiswa
merupakan wujud kecerdasan masyarakat. Untuk itu mahasiswa harus terus
memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan dalam membantu masyarakat, karena
ia merupakan bagian dari masyarakat. Jika mahasiswa kehilangan
intelektualitasnya dan keberanian dalam membela dan mewujudkan cita-cita bangsa
Indonesia, maka nasib bangsa Indonesia tidak akan jelas. Dan rakyat akan
menjadi korban dari runtuhnya intelektualitas dan idealisme mahasiswa. Gerakan
mahasiswa harus terus mengambil perannya sebagai pelopor perubahan, pengawal
pembangunan dan membentuk diri sebagai calon pemimpin masa depan bangsa. Dengan
demikian mahasiswa dan gerakannya, akan tetap menjadi tokoh intelektual
dan peluang perubahan dalam masyarakat, yang bertanggung jawab dan penuh
keberanian.
Sebagai akhir dari tulisan ini, ada sebuah pertanyaan
reflektif bagi gerakan mahasiswa saat ini :